Kegiatan pembinaan nasional BeZakat yang digelar di Hotel Grand Platinum, Jakarta Pusat, pada 31 Oktober hingga 2 November 2025 ini diikuti 78 mahasiswa dari 15 perguruan tinggi ternama seperti IPB University, Universitas Indonesia, Unpad, ITB, serta sejumlah UIN di berbagai daerah. Mereka merupakan bagian dari 153 penerima manfaat BeZakat nasional, program beasiswa berbasis dana zakat senilai Rp16,85 miliar hasil kolaborasi BAZNAS dan LAZ di seluruh Indonesia.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono Abdul Ghafur, menegaskan bahwa BeZakat bukan sekadar bantuan pendidikan, melainkan sebuah rekayasa sosial untuk membentuk manusia unggul yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara spiritual dan sosial.
“Ini bukan sekadar bantuan biaya kuliah, tapi proses pembentukan karakter agar mahasiswa menjadi insan kamil — manusia yang berdaya, berilmu, dan berkomitmen terhadap perubahan sosial,” ujar Waryono.
Selama tiga hari, para peserta mengikuti beragam kegiatan seperti Workshop Talent Mapping, Simulasi Kesadaran Sosial, serta Workshop Keuangan dan Kemandirian Finansial. Melalui pendekatan interaktif, kegiatan ini diharapkan dapat mengasah kepemimpinan, empati, dan kesadaran sosial para awardee.
Di balik suksesnya program ini, peran Lembaga Amil Zakat (LAZ) Ormas Islam anggota POROZ tak bisa dilepaskan. Sejumlah lembaga seperti LAZISMU, Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ), dan LAZNAS Dewan Dakwah turut berkontribusi dalam penghimpunan dan penyaluran dana zakat untuk program BeZakat.
Keterlibatan mereka tidak hanya berupa dukungan pendanaan, tetapi juga pendampingan dan pembinaan kepada mahasiswa penerima manfaat. Masing-masing membawa semangat khas ormasnya dalam memperkuat peran zakat di dunia pendidikan.
LAZISMU mendorong pendidikan yang berkeadilan sosial agar mahasiswa dari keluarga dhuafa bisa berdaya dan berprestasi. BMH menekankan pentingnya integrasi antara ilmu dan dakwah, membentuk karakter yang berakhlak sekaligus mandiri. WIZ menumbuhkan semangat berbagi dan mengajak mahasiswa untuk menjadi penggerak filantropi di kampus. Sementara LAZNAS Dewan Dakwah melihat zakat pendidikan sebagai investasi jangka panjang bagi lahirnya pemimpin umat yang berintegritas.
Dalam arah pembinaannya, Waryono mengingatkan agar para penerima manfaat tidak berhenti sebagai mustahik, tetapi tumbuh menjadi calon muzakki.
“Mulai sekarang, rancang kapan kalian akan berinfak dan bersedekah. Jadilah pelopor gerakan filantropi di kampus masing-masing,” pesannya.
BeZakat menjadi bukti bahwa dana umat bisa menjadi modal sosial produktif yang mendorong kemandirian dan memperkuat daya juang generasi muda. Melalui kolaborasi antara Kemenag, BAZNAS, dan para LAZ Ormas Islam anggota POROZ, zakat kini bergerak semakin jauh: dari sekadar bantuan konsumtif menjadi penggerak lahirnya generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
